Sabtu, 11 Februari 2012

Tipu Muslihat Penjajah Terhadap Rakyat Indonesia


Pada saat perang dunia kedua berlangsung, rencananya wilayah Indonesia akan di masukkan dalam daerah tugas pendaratan pasukan Amerika Serikat (AS) yang tergabung dalam South West Pasific Command (SWPC) di bawah pimpinan Jenderal McArthur, tetapi rencana ini berubah setelah keberhasilan strategi lancet kotak untuk merebut pulau demi pulau menuju Filipina.

Kemudian rencana inipun dibatalkan mengingat wilayah RI yang luas dan memiliki kemungkinan terjadinya perlawanan dari pihak Republik Indonesia yang sudah memiliki senjata hasil merebut dari tentara Jepang yang berada di Indonesia. Wilayah Indonesia di serahkan kepada pasukan Inggris yang tergabung dalam South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Mountbatten.

Pada akhirnya rencana ini pun gagal dijalankan. AS, Inggris dan Belanda memiliki banyak kekhawatiran yang mendalam pada kekuatan bangsa Indonesia yang pada akhirnya hal ini sangat terbukti. Hal ini juga berdasarkan laporan dari pihak Sekutu yang sudah lebih dahulu berada di Indonesia, bawah kekuatan Republik Indonesia tidak bisa dianggap enteng. Pakta bahwa Jepang belum sepenuhnya menguasai Indonesia juga bisa menjadi bukti bawah pelawanan dari Indonesia sangat menggetarkan pihak Sekutu. Jepang hanya berhasil menguasai keadaan di beberapa kota saja, seperti Bandung, Semarang, Bali, dan Bengkulu.

Inggris dan Belanda memiliki perbedaan pandangan soal kekuatan militer Indonesia. Belanda berkeyakinan bahwa hanya dengan 75.000 tentara saja wilayah Indonesia dapat dikuasai. Tetapi Inggris berpendapat bahwa untuk pulau Jawa dan Sumatera saja minimal dibutuhkan 6 divisi, dan untuk Kalimantan dan Indonesia Timur dibutuhkan 2 divisi. Panglima pasukan Sekutu Asia Tenggara Jendral Dempsey bahkan memperingatkan Jenderal Christison bahwa pasukan Inggris baru bisa menandingi para pejuang Indonesia jika semua pasukan Inggris berpusat di Jawa Barat saja.

Selain itu pihak Sekutu memperhitungkan adanya kemungkinan yang tinggi untuk menghadapi dua kekuatan yang cukup besar, yang pertama dari tentara Jepang sendiri, karena tidak ada jaminan bahwa kekalahan Jepang menyebabkan mereka tidak melakukan perlawanan di Indonesia dan kedua adalah pejuang Republik Indonesia yang sudah memproklamasikan diri. Dari Pihak Pemerintah Belanda sendiri sadar bahwa Pejuang Republik Indonesia akan dengan mudah membabat habis tentara Belanda yang baru akan masuk ke Indonesia.

Dari pertimbangan ini maka dibentuklah suatu persekutuan kekuatan baru yang dianggap lebih handal dengan jumlah tentara yang sudah dilipatgandakan yang terdiri dari tentara Inggris, tentara Ghurka (tentara bayaran India yang bekerja untuk Pemerintah Inggris), tentara Belanda dan tentara KNIL yang dikirim dari Ambon, Muangthai, Filipina, dan Malaya (Mereka ini cikal bakal tentara APRIS). Tentara KNIL yang sebagian berasal dari sipil Indonesia, Indo-Belanda dani para interniran Belanda yang sudah berada di Indonesia pada masa Jepang berkuasa. Ditambah lagi dengan 10.000 pasukan mariner yang siap berangkat dari AS ke Indonesia. Komando baru ini diberi nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dengan panglimanya Letjen Sir Philip Christison yang berkedudukan sementara di Singapura.

Rencana Den Haag, jika pengiriman AFNEI berhasil maka Ratu Belanda akan mengirimkan 5000 marinir, 27 batalyon, 10.000 tank, arteleri dan geni. Pada Oktober akan ditambah dengan satu devisi lengkap dan 12.000 ex-KNIL interniran. Total yang akan dikirimkan sebesar 75.000 tentara.

Pada saat akan dimulai pengiriman pertama pasukan AFNEI, tanggal 8 September 1945, ini pun juga dibatalkan diganti hanya dengan mengirimkan intelegen langsung diba wah Christison yang berada di Singapura yang terdiri dari 7 orang perwira kepercayaan. Misi rahasia ini dikomandoi oleh Mayor Greenhalgh.

Mereka melaporkan berbagai keadaan di Jakarta, seperti kekuatan dan pengaruh pimpinan Republik Indonesia Soekarno, Hatta dan Syahrir. Kekuatan para pejuang yang di Pimpin oleh Jenderal Sudirman sulit dan belum dapat diperkirakan dan kekuatan mantan tentara PETA dan Haiho. Kekuatan dan pengaruh Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu. Hasil laporan itu juga menjelaskan bahwa Jepang tidak berada dalam posisi yang mengendalikan wilayah Indoneisa, tetapi wilayah Indonesia telah di control dan dibawah komando para Pemimpin Republik Indonesia.

Hasil-hasil kontak Mayor Greenhalgh dengan Pimpinan Kenpetai Nippon di Jakarta menghasilkan laporan penting yang berisi : Jepang tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk mengendalikan keadaan di Indonesia. Jepang juga tidak dapat menjamin bahwa kekuatan para Pejuang kita dapat diminta untuk dapat bekerja sama, dan bahwasannya Jepang hanya dapat memberikan senjatanya dari sisa yang belum direbut oleh para Pejuang. Jepang juga tidak dapat memberikan jaminan bahwa senjata yang sudah ditangan para Pejuang dapat diserahkan kepada pihak Sekutu.

Hasil dari laporan tersebut melahirkan keputusan baru untuk tidak secara terang-terangan membawa tentara Belanda ke Indonesia, tetapi para tentara penjajah Belanda tersebut disebut sebagai sipil, agar tidak terjadi bentrokan dengan pihak Republik Indonesia, jika seandainya pihak Republik tahu bahwa Sekutu telah membawa tentara Belanda, dikwatirkan pihak Pejuang kita akan melakukan perlawanan. Untuk itu dibentuklah Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang sebenarnya untuk mengelabuhi para pemimpin kita pada masa itu.

Selain itu dari laporan itu juga Inggris meminta AS untuk melakukan sokongan militer dari posisinya di Philipina yang direspon oleh Jenderal McArthur. McArthur dan Christison membentuk sebuah misi rahasia. AS melalui kekuatan intelegennya dan sokongan persenjataan, melakukan gerakan rahasia memasuki Maluku dengan kapal-kapal kecil. Logistik militer yang mereka bawa menjadi modal yang digunakan bersama para interniran di Ambon membentuk satuan-satuan tentara KNIL yang berasal dari orang-orang Indonesia yang tidak cinta tanah air, Indo-Belanda dan interniran.
Orang-orang tersebut dilatih ilmu kemiliteran seadanya untuk diterjunkan ke medan perang melawan Pejuang RI, saudara sebangsa sendiri.

Secara bergelombang dilakukan pengiriman tentara KNIL yang mendukung misi Sekutu ke Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar. Pengiriman tentara KNIL tersebut terus dilakukan dari tahun 1945 sampai tahun 1949. (Berhenti setelah pemberantasan APRIS di Bandung dan Ambon yang dilakukan oleh TNI pada 1949) .

Strategi penyerangan yang semula akan dilaksanakan seperti pada rencana SWPC, dirubah menjadi strategi perdamaian dan rekonsiliasi paska perang dunia II. Hal ini dilakukan untuk menghindari konfrontasi dengan pihak kita. Christison mengontak para pemimpin RI di Jakarta, dan menyatakan bahwa misi mereka adalah misi perdamaian.
Untuk itu disampaikan surat kepada Presiden Soekarno yang menyatakan bawah mereka mengakui secara kekuasaan de facto Pemerintah RI dan menyatakan bahwa misi yang mereka emban bertujuan untuk:
1. Melindungi dan memindahkan tawanan perang dan interniran yang dilaksanakan oleh Rehabilitation Allied Prisoners of War and Interneers (RAPWI).
2. Melucuti tentara Jepang dan mengembalikan mereka kenegaranya.
3. Memelihara ketertiban dan keamanan umum aar maksud di atas dapat dilaksanakan.

Strategi ini benar-benar berhasil, para pemimpin benar-benar terlena dan dibodohi. Kita menerima dengan senang hati, bahkan pemimpin kita berjanji untuk membantu terlaksananya misi tersebut.

Tanggal 15 September 1945, Jakarta, beberapa kapal perang Sekutu mulai berdatangan yang dipimpin oleh Laksamana Muda Peterson Wakil Panglima SEAC yang diperbantukan ke AFNEI. Dari pihak Belanda ikut Jendral Van Straten dan Dr. Ch. O. Van der Plas yang berpura-pura berpakaian sipil sebagai wakil NICA. Pendaratan mereka berjalan dengan lancer dan aman. Demikian juga yang terjadi di Medan, Padang, Palembang, Bandung, Semarang dan Surabaya.

Setelah itu apa yang terjadi? Setelah sebagian besar kekuatan mereka yang berada di Singapura dan Manila dating. Sekutu mulai beraksii dengan strategi pertama mereka. Melakukan penyerangan dan menyerahakan wilayah Indonesia ke Belanda yang berpura-pura menjadi NICA.

Berbagai terror, penyerangan, penangkapan dan pembunuhan terhadap pejuang kita, benar-benar membuka mata kita dan Bangsa Indonesia bahwa misi mereka adalah untuk kembali menjajah bumi pertiwi tercinta ini. Paska pengiriman pasukan ini terjadi peperangan dahsyat baik di Surabaya, Magelang, Bandung, Medan,Ambarawa, Jakarta, Palembang dan di berbagai wilayah lainnya.

Sumber data :
1. Dr. A.H. Nasution, 1995, Diplomasi atau Bertempur
2. Dr. A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan.
3. Seskoad, Serangan Umum 1 Maret 1945 di Yogyakarta dan Pengaruhnya
4. Bung Tomo (Sutomo), 2008, Pertempuran 10 November 1945 Kesaksian dan Pengalaman Seorang Aktor Sejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar