Selasa, 18 Oktober 2011

Remaja yang Kelewat Pemalu Tanda Fobia Sosial

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Remaja sangat rentan terhadap perubahan suasana hati dan kadang-kadang ingin menyendiri atau menutup diri. Tapi beberapa remaja terkadang memiliki rasa malu di luar kondisi normal yang dapat mengarah pada perkembangan gangguan kejiwaan seperti fobia sosial.

Kesimpulan itu merupakan hasil penelitian yang diterbitkan oleh American Academy of Pediatrics. Para peneliti telah menganalisis hasil survei yang sebelumnya dilakukan terhadap lebih dari 10.000 remaja yang berusia 13-18 tahun. 

Peneliti menemukan 1 dari 10 remaja yang disurvei mengidentifikasi diri mereka sebagai pemalu. Identifikasi tersebut juga memenuhi kriteria untuk fobia sosial. Survei tersebut didanai oleh National Institutes of Mental Health.

Setiap gangguan mental memiliki ciri biologis dan lingkungan. "Gangguan tersebut dapat datang dan pergi sesuai dengan tekanan budaya atau lingkungan sekitar," kata Wendy Walsh, seorang doktor psikologi seperti dilansir dari CNNHealth, Selasa (18/10/2011). 

Pada survei tersebut, remaja diminta untuk menilai rasa malu mereka ketika berada di sekitar teman-teman sebaya dengan menggunakan skala 4 titik. Peringkat tertinggi (3-4) dan peringkat terendah (1-2) yang dikombinasikan untuk lebih mudah menggambarkan pemalu atau tidak. 

Terdapat 46,7 persen responden yang mengklasifikasikan diri sebagai pemalu, namun hanya 12,4 persen yang memenuhi kriteria fobia sosial. Responden yang tidak mengklasifikasikan diri sebagai pemalu hanya 5,2 persen yang memenuhi kriteria fobia sosial.

Rasa malu lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, tetapi jenis kelamin tidak memiliki kaitan yang signifikan pada prevalensi fobia sosial. Rasa malu juga lebih umum pada responden yang lebih muda, dan fobia sosial dapat meningkat seiring bertambahnya usia.

Rmaja dengan fobia sosial menunjukkan tingkat malu yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan remaja dengan rasa malu, sayangnya tidak ada indikasi untuk perawatan profesional. Hampir 80 persen dari remaja dengan fobia sosial gagal untuk mendapatkan perawatan profesional.

Remaja yang pemalu atau yang diklasifikasikan dengan fobia sosial tidak lebih baik jika perawatannya menggunakan obat yang diresepkan. "Terapi bicara jangka panjang dapat mengatasi kondisi fobia sosial dengan lebih baik dibandingkan dengan obat," kata Walsh. Terapi obat lebih diindikasikan untuk kelainan yang melibatkan proses metabolisme atau biologi tubuh.

Rasa malu didefinisikan oleh American Psychological Association sebagai kecenderungan untuk merasa canggung, khawatir atau tegang selama pertemuan sosial, terutama dengan orang asing. Rasa malu juga dapat berarti tenang, introvert (tertutup), introspektif, dan kadang-kadang mengisolasi diri. Tetapi orang yang pemalu masih dapat ditarik keluar oleh orang lain dari rasa malunya agar dapat berinteraki sosial, meskipun tidak nyaman. 

"Banyak anak-anak yang mengatasi rasa malu mereka dan menjadi jauh lebih interaktif secara sosial dengan bergaul dengan kelompok sebaya dan kelompok orang yang lebih dewasa," kata psikolog klinis Jeff Gardere, asisten profesor klinis dari Touro College of Osteopathic Medicine, New York.

Fobia sosial terkadang dapat menjadi jauh lebih bermasalah. Orang yang mengalami fobia sosial lebih mungkin untuk mengalami banyak gangguan kejiwaan, termasuk gangguan kecemasan, mood, perilaku, dan substansi. Menurut penelitian, sebagian besar remaja yang pemalu adalah remaja yang mengalami gangguan fobia sosial.

"Fobia sosial merupakan suatu kondisi kejiwaan yang nyata, terutama bila mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan akademik anak-anak," pungkas Gardere.


http://www.detikhealth.com/read/2011/10/18/122506/1746577/764/remaja-yang-kelewat-pemalu-tanda-fobia-sosial



Tidak ada komentar:

Posting Komentar